SAPIENS DAN PROBLEM EKOLOGIS

SAPIENS DAN PROBLEM EKOLOGIS

Oleh : Muhammad Muhibbuddin*

Perubahan iklim global kini menjadi isu sensitif yang cukup menyedot perhatian dunia. Masalah yang mengancam komunitas kehidupan di bumi ini dipandang sangat memprihatinkan dan mencemaskan. Terkait dengan masalah global itu, para pemimpin dunia pada 2009 pernah menggelar konvensi kerangka kerja tentang perubahan iklim PBB/United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark.

Pertemuan ini didesign untuk membangun kesepakatan baru sebagai pengganti protokol Kyoto yang telah dirativikasi oleh 145 negara pada 1997. Di forum-forum internasional dan regional lainnya, seperti di forum G-20 dan APEC, juga telah diperbincangkan persoalan ekologis ini. Itu artinya isu perubahan iklim sudah sering diperbincangkan dan didskusikan secara global dalam berbagai forum pertemuan. Tetapi kenyataannya, pertemuan-pertemuan tersebut belum mampu memberikan kontribusi konkrit dalam upaya menekan laju perubahan iklim global. Degradasi lingkungan, emisi gas rumah kaca dan pemanasan global masih terus mengalami eskalasi. read more

IRAN, SAINS DAN MASA DEPAN PERADABAN ISLAM

IRAN, SAINS DAN MASA DEPAN PERADABAN ISLAM

Oleh : Muhammad Muhibbuddin*

Meskipun di bawah tekanan rival politiknya, Amerika dan Israel, Iran kini justru semakin progresif dalam mengembangkan program nuklir. Sejak April 2006, Presiden Iran saat itu Ahamdinejed mengumumkan bahwa Iran sudah berhasil melakukan pengayaan uranium sebagai upaya melahirkan bahan nuklir.  Pada saat kunjungannya ke pusat nuklir Iran pada 2012, Ahamdinejad mengumumkan bahwa Iran telah mengalami kemajuan pembangunan teknologi nuklir (Kompas, 19/2/2012). Ini menandakan bahwa Iran tetap bersikukuh dengan pembangunan tenologi nuklirnya. Ancaman dan intimidasi yang datang dari Amerika Serikat dan Israel tidak membuat Iran surut untuk melanjutkan proyek nuklirnya yang telah lama berlangsung itu. read more

Negara : Medan Perebutan Materi

Negara : Medan Perebutan Materi


Oleh de Bruyere*

“… Apalah arti NKRI
Bila memeram benci
Air, hutan, isi bumi
Makam kematian bagi hati…”

Jean Hyppolite mengatakan, “Phenomenal understanding, as apposed to nature, was then led by philosophic reflection to the transcendental understanding that founds all (theoretical) experience as original synthetic unity.” Tujuan utama dari pemahaman transendental adalah menemukan persatuan sebagai sebuah sintesa dari keragaman. Persatuan sintesis tersebut lahir berkat dorongan refleksi filosofis, yang mampu mengangkat kesadaran parsial ke tahap yang lebih tinggi. Di puncak tinggi ini, kesadaran tertinggi terbentuk berupa keutuhan yang mewakili keseluruhan. read more

Merosotnya Kesadaran Kolektif

Merosotnya Kesadaran Kolektif

Oleh de Bruyere*

“…Kulihat Ibu pertiwi
Lagi bersusah hati
Air matanya berlinang
Putra-putrinya berperang..”

Jean Hyppolite membicarakan suatu proses manifestasi dari yang-absolut ke kesadaran. Ia mengatakan, “the essence of the absolute is to manifest itself to consciousness, to be self-consciousness.” Esensi yang-absolut adalah memanifestasikan dirinya pada kesadaran, sehingga menjadi kesadaran itu sendiri. Yang-absolut tidak lagi berada di menara gading, tetapi lebih membumi dan hidup. Yang-absolut menjadi subjek. read more

Separatisme dan Subjektifisme

Separatisme dan Subjektifisme

Oleh de Bruyere*

Dalam pentas pewayangan, Kurawa mengusir Pandawa dari istana, dan menyebabkan perpecahan serta rusaknya keutuhan negeri Hastina. Dengan beban berat dan dalam kondisi terpaksa, Indraprasta harus berdiri sebagai negara baru dan menjadi pilihan satu-satunya. Separatisme selalu menjadi bayang-bayang dari sebuah entitas yang tidak lagi mampu melampaui kepentingan subjektif.

Saya tidak membahas kekuasaan pemerintah pusat yang “gagal” menjadi bijak dan absolut di sini, mungkin di lain kesempatan. Tetapi, maraknya fenomena sosial-politik dari Indonesia Timur yang mengumandangkan separatisme dan tuntutan kemerdekaan dari Indonesia adalah fenomena separatisme. Yakni, penilaian bahwa penguasa pusat tidak mewakili suara mereka. Ada pengalaman, pengetahuan dan keyakinan dari daerah-daerah yang menuntut kemerdekaan dari NKRI adalah bagian dari wujud representasi pengungkapan, bahwa bahwa pemerintah pusat tidak lagi absolut. read more

NKRI Bersyariah: Problem Epistemologi?

NKRI Bersyariah: Problem Epistemologi?

Oleh de Bruyere*

Sebenarnya Jean Hyppolite sangat sabar menuntun kita berpikir agar mencapai pemikiran yang sainstifik. Maksud sainstifik di sini adalah pemikiran yang lebih manusiawi, hidup, dan mudah dicerna. Dalam satu kesempatan memaknai Hegel, Jean Hyppolite mengatakan: “the need to place oneself at the point of view of natural consciousness and to lead it gradually to philosophic knowledge : one cannot begin with absolute knowledge.”

Seseorang perlu menempatkan dirinya pada satu titik pemikiran tentang kesadaran alamiah dan kemudian mengarahkannya secara bertahap pada pengetahuan filosofis. Karenanya, seseorang tidak bisa berangkat dari pengetahuan absolut. Sebab, pengetahuan absolut adalah tujuan, bukan titik keberangkatan. Pengetahuan absolut adalah hasil, bukan proses dan bukan pula modal awal. Semua manusia bermula dari pengetahuan personal-fenomenal menuju pengetahuan absolut. read more

NKRI Bersyariah : Sebuah Pengalaman   

NKRI Bersyariah : Sebuah Pengalaman

Oleh de Bruyere*

Jean Hyppolite telah melihat dengan jernih bagaimana Hegel dengan halus menggeser pengetahuan fenomenal ke pengetahuan absolut. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah dengan mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya (knowledge of common consciousness) dan membangun pengetahuan di atasnya. Dalam kerja pengumpulan ini, tidak satupun entitas dinegasikan, sebaliknya dihargai sebagai sebuah kehadiran parsial-subjektif.

Pengetahuan absolut merupakan dimensi yang sangat bijaksana, bahkan berjiwa dewasa yang tidak lagi kekanak-kanakan. Betapa kita terbiasa melihat anak-anak kecil yang bertengkar dengan temannya, nangis menjerit-jerit, dan tak lama kemudian berteman kembali. Itu terjadi hanya karena mainannya direbut, atau keinginannya tidak terpenuhi. Pengalaman dan pengetahuan yang kekanak-kanakan bersifat missionaris dan isolatif, seperti yang dibahas pada tulisan sebelumnya. read more

Melampaui Identitas Pengetahuan

Melampaui Identitas Pengetahuan

Oleh de Bruyere*

Problem berpikir bukan terletak pada kemampuannya dalam membuktikan kebeneran. Merasionalisasi pengalaman, pengetahuan, dan keyakinan tidak menyelesaikan problem identitas subjektif. Sebab, memang begitulah watak alamiah berpikir, di mana orang awam dan intelek berada pada level yang sederajat. Sehingga cara paling tepat mendefinisikan intelektual adalah dengan menandai kemampuan dirinya melepaskan diri dari identitas yang subjektif, memberikan metode yang bisa dicontoh orang lain agar bisa keluar dari subjektifitas. read more

JEANS DAN SIMBOL EGALITARIANISME

JEANS : Simbol Egaliterisme

Oleh Muhammad Muhibbuddin*

Jika persoalan rasisme mencuat ke permukaan, biasanya akan segera disusul dengan hadirnya diskursus egalitarianisme sebagai counter back-nya. Egalitarianisme seolah menjadi wacana tandingan bagi rasisme.

Berpikiran dan berprilaku rasis, secara langsung atau tidak, akan berhadap-hadapan dengan prinsip-prinsip kesetaraan yang berlaku di ruang sosial-politik. Prinsip kesetaraan ini harus dijunjung tinggi terutama di suatu masyarakat atau negara yang plural dan multikultural, sebagai upaya untuk melegitimasinya. read more

Kekuasaan : Mencari yang Absolut (?)

Kekuasaan : Mencari yang Absolut (?)


Oleh de Bruyere*

Pada mulanya sebatas kesadaran bahwa seseorang mengalami pengalaman tertentu. Dalam benak dan pikirannya, pengetahuan hadir dari pengalamannya sendiri. Setelah melewati proses panjang perenungan hingga mencapai tahap kritisisme tinggi, ia yang mengalami menjadi yakin dan semakin yakin. Begitulah apa yang dikatakan Hegel dan dikutip Jean Hyppolite dari pemikiran Hegel.

Tapi saya masih bertanya-tanya, apakah pengetahuan yang absolute dalam konteks pribadi individu adalah hasil pengalaman atau kritisisme dirinya atas pengalaman dirinya? Anggap saja seseorang yang yakin betul dirinya benar dan berpengetahuan adalah dampak dari pengalaman yang terus berulang dan konsisten. Kita akan tahu, bahwa absolutisme akan berhadapan dengan relativisme yang lahir dari orang yang tidak yakin pada pengalaman dirinya sendiri, ragu dan meragukan pengalamannya sendiri. read more