Membumikan Al-Quran Dengan Meng-Quranikan IPTEK (Sebuah Kerangka Falsafi dalam Memahami al-Quran)

Shinta Nurani, M.A

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian disingkat IPTEK, merupakan dua hal pokok serta tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Semua peradaban dunia mengenalnya, bahkan agama pun juga sangat memperhatikan kedua hal ini. Hal ini dapat ditinjau dari segi pengulangan penyebutan keduanya di dalam Alquran dengan berbagai derivasi maknanya.
‘Ilm secara lughawi berarti kejelasan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Ilmu pengetahuan pada zaman sekarang lebih akrab dikenal dengan sains (Shihab, 2013: 574). Dalam Alquran terulang 854 kali dengan berbagai bentuknya. Alquran memandang ilmu ialah keistimewaan yang menjadikan manusia paling unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga manusia diberikan amanah untuk menjadi khalifah di bumi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat Al-Baqarah ayat 31-32:
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!”. Mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana.”
Sedangkan kata teknologi diartikan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan manusia (Pusat Bahasa, 2008: 1422). read more

Filsafat dan Agama: Dari Nalar Falsafi Hingga Qurani

Luthfi Maulana, M.Ag

Pada mulanya Filsafat dan Agama adalah dua kata yang berbeda. Namun kemudian menjadi kesatuan yang utuh, karena keduannya memiliki maksud dan tujuan yang sama. Filsafat memiliki tujuan untuk mengajak manusia mencintai kebijaksanaan, dalam pada prosesnya, tentu membutuhkan akal dan nalar manusia. Hal ini senada dengan istilah filsafat yang berasal dari dua kata “philos” cinta dan “sophia” berarti kebijaksanaan, maka filsafat menghasilkan makna mencintai kebijaksanaan (Hakim, 2008: 14). Agama-pun juga demikian, ia merupakan sebuah pedoman yang mengajak manusia untuk mencintai kebijaksanaan, sehingga menghasilkan pola kehidupan manusia yang teratur (Tafsir, 2010: 8), baik untuk menjalankan aktivitas kepada sesama manusia maupun manusia kepada Tuhan-Nya (Nasution, 2008: 2). Dua kesamaan tujuan itulah yang membuat keduanya dapat berdampingan dan menyatu melahirkan sebuah kerangka yang baru, yakni filsafat agama. read more